Jumat, 25 Juli 2014

L.E.L.A.H

Mungkin ini lah yang ditunggu olehmu..
Selama ini yang gak pernah terlintas dipikiranku..
Kelelahanku padamu..
Kelelahan yang tak pernah kuungkapkan dan selalu kupendam..
Kelelahan menghadapi kamu yang gak pernah percaya sama aku..
Kelelahanku yang entah harus berapa kali kukatakan bahwa aku sayang kamu..

Apakah ini waktunya ku melepaskanmu walau aku tak sanggup?
Waktu yang selalu sering kudengar dari orang banyak bahwa kita takkan pernah bersatu..
Waktu dimana aku harus berhenti menangis oleh karenamu..

Aku benar-benar lelah karena tak pernah bisa dipercaya sama kamu..
Selama ini aku seperti menjalani suatu hubungan hampa, yang tanpa ada kepercayaan antara kita..
Aku merasa semuanya sia-sia..

Aku lelah sayang..
sangat lelah..

Sabtu, 19 Juli 2014

Aku cemburu

Kamu tahu gak sih apa yang lagi aku rasakan saat ini..?

Aku lagi cemburu sayang,,aku benar-benar cemburu sekali..

Aku cemburu dengan orang-orang yang ada disekitarmu..

Aku cemburu kepada mereka yang setiap saat bisa bertemu denganmu tanpa ada halangan jarak dan waktu..

Demi Tuhan, aku sangat cemburu kepada mereka yang selalu mampu melihat dan menikmati senyum dan tawamu bahkan wajahmu yang selalu kumimpikan..

Aku juga cemburu kepada mereka yang berada disekelilingmu, yang selalu mampu berkomunikasi denganmu kapanpun mereka mau..

Aku benar-benar cemburu bahkan iri kepada mereka yang melihat jejak langkahmu kemanapun kamu pergi dan berada..

Tolong kamu katakan kepada mereka, aku mencemburuinya..

Aku juga ingin seperti mereka sayang..Aku ingin melakukan apa yang mereka bisa lakukan bersamamu..Aku juga ingin menemani kamu di sepanjang harimu..

Bisakah aku seperti mereka juga sayang?

Rabu, 09 Juli 2014

Sampai Kita Tua Nanti

Tulisan ini berasal dari sebuah milis yang kemudian di-copas oleh kawan saya menjadi sebuah cerita di blognya juga. Lepas dari siapa menjiplak siapa, saya tidak terlalu peduli. Pesan moral dari cerita ini sudah cukup mengena.


Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti di depan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia.


Ini adalah kejadian sepuluh tahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut.


Ia adalah pegawai negeri sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai di rumah juga pada waktu yang bersamaan. Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yg tidak kusangka-sangka.


Dew hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yg cerah. Aku berdiri di balkon. dengan Dew yg sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartemen yg kubelikan untuknya. Dew berkata, “Kamu adalah jenis pria terbaik yg menarik para gadis.” Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah, istriku pernah berkata, “Pria sepertimu, begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis.” Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu.


Aku tahu kalau aku telah mengkhianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dew dan berkata, “Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, oke? Aku ada sedikit urusan di kantor.” Kelihatannya ia merasa tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas di pikiranku walaupun kelihatannya tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun kujelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya, ia adalah seorang istri yg baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai di depan televisi.


Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton televisi bersama-sama. Atau, aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan bagiku. Suatu hari aku berbicara dalam nada guyon, “Seandainya kita bercerai, apa yg akan kau lakukan?” Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yg sangat jauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius. Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia.


Ia kelihatan sedikit curiga. Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya. Sekali lagi, Dew berkata padaku, “He Ning, ceraikan ia, oke? Lalu kita akan hidup bersama.” Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi.
Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, kupegang tangannya, “Ada sesuatu yg harus kukatakan,” ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka di matanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalau aku terus berpikir. “Aku ingin bercerai”, kuungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang. Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara lembut, “Kenapa?” “Aku serius.” Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku, “Kamu bukan laki-laki!”


Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yg telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yg memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dew. Dengan perasaan yang amat bersalah, aku menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yg telah sepuluh tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan.


Akhirnya ia menangis dengan keras di depanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.


Pada larut malam, aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya: ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.


Alasannya sangat sederhana, anak kami akan segera menyelesaikan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi maka ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya, “He Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?”


Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. “Kamu membopongku di lenganmu,” katanya, “Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongkuku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu.”
Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.


Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. “Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini,” ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak. Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing.
Jadi ketika aku membopongnya di hari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami, “Wah, papa membopong mama, mesra sekali,” kata-katanya membuatku merasa sakit. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan sepuluh meter dengan ia dalam lenganku.


Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut, “Mari kita mulai hari ini, jangan memberitahukan pada anak kita.” Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang. Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.


Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,Kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi di bajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.


Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, “Kebun di luar sedang dibongkar. Hati-hati kalau kamu lewat sana.”


Hari keempat, ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku di lenganku. Bayangan Dew menjadi samar.
Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti, di mana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak, dan lain sebagainya. Aku mengangguk.


Perasaan kedekatan terasa semakin erat. Aku tidak memberitahu Dew tentang ini. Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat.
Aku berkata padanya, “Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang.” Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok. Lalu ia berkata, “Semua pakaianku kebesaran.” Aku tersenyum. Tapi tiba-tiba aku menyadarinya, ia semakin kurus. Itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan, bukan disebabkan aku yang semakin kuat.


Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit. Tanpa sadar kusentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. “Pa, sudah waktunya membopong mama keluar.”


Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir.


Aku menyangga ia di lenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyangga badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.


Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya di lenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, “Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua.” Aku memeluknya dengan kuat dan berkata, “Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra.”


Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dew membuka pintu. Aku berkata padanya, “Maaf Dew, aku tidak ingin bercerai. Aku serius.” Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. “Kamu tidak demam.” Kutepiskan tanganya dari dahiku. “Maaf, Dew, aku cuma bisa bilang maaf padamu, aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu.”


Dew tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, aku memesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjual bertanya apa yg mesti ia tulis dalam kartu ucapan? Aku tersenyum, dan menulis “Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua..”

Ceritanya untukmu

Hati ini tiba-tiba terasa sepi, sepi tanpamu, sepi tanpa suaramu, sepi tanpa kehadiranmu.
Kini ku hanya bisa berdiam diri sendiri. Sendiri kujalani semuanya. Kulewati hari-hariku sendiri.
Jam pun lambat berputar, detik ke menit, menit ke jam, jam berpindah ke hari esok pun terasa lama kurasakan. Sampai kapankah situasi ini harus kulalui? Baru sekejap saja aku tanpamu tapi kurasakan hidupku hampa tanpamu. Coba katakan apa yang harus kulakukan sekarang. Aku benar-benar gak tau harus berbuat apa. Menangis pun rasanya sudah gak bisa lagi, airmata ini serasa gak mau menetes lagi di pelupuk mataku. Hati ini pun terasa sakit, sakit sekali. Ini sangat menyesakkan hatiku. Hatiku yang kini entah harus dibawa kemana, entah harus diapain lagi supaya aku bisa menghilangkan rasa sakitku ini.

Bisakah aku tanpamu setelah selama ini aku selalu bersamamu?
Egoiskah aku jika aku ingin terus bersamamu?
Tak bisakah otakku ini berhenti memikirkanmu walaupun hanya sedetik saja? 
Harus berapa banyak lagi airmataku ini menetes untuk dirimu?
Sampai berapa lama kah aku harus larut dalam kesedihanku ini? 
Tak bisakah juga semuanya kembali seperti dulu?
Sampai kapan kah aku harus bertahan dalam keadaan seperti ini?
Sampai kapan kah aku harus tenggelam dalam keterpurukkan ku ini , mengingat kau tak lagi bersamaku , bahkan tak menginginkanku lagi?
Siapakah yang bisa membukakan mata dan hatiku ini? Mataku ini serasa tertutup olehmu. Mataku hanya tertuju padamu seorang.
Apakah benar jika kita terus bersama tak akan ada perubahan dan malah akan semakin menyiksa dirimu?
Apa yang harus kukatakan kepada semua orang tentang kita?
Harus bersandiwarakah diriku ini atau harus jujurkah aku kepada semua orang tentang kita?
Sanggupkah aku melakukan semuanya kini sendiri, tanpa kamu?





*curhatan hatinya untukmu*

Senin, 07 Juli 2014

UNTITLED


Beribu banyak kata yang gak mungkin bisa ku ungkapkan. Beribu banyak perbuatan yang gak mungkin juga kulakukan. aku Cuma mau kamu tahu kalo aku sayang sama kamu, dari dulu hingga sekarang.”

Pernyataan dari seseorang yang benar- benar menyentuh hati ketika dia ingin mempertahankan hubungannya dengan pujaan hatinya. Saat kutanyakan kepadanya, “kenapa sih lu masih mau mempertahankan pacar lu itu? Padahal bukan 1x ini dia bilang mau udahan sama lu.” Dia hanya bisa menjawab,”karena gua mencintainya.”
Apakah gak ada jawaban lain selain kata-kata cinta untuk sang kekasih hatinya. Benar-benar gak habis pikir aku kenapa kekasihnya begitu tega untuk menyudahi hubungan mereka yang kutahu sudah lama banget, semua halangan dan rintangan pun sudah mereka lalui. Sang pujaan hatinya hanya berkata “Aku Capek. Aku gak pengen sama kamu lagi.”
Coba bayangin aja gimana perasaan teman gua ini, ketika dia tahu lelaki yang dia cintai dan sayangin selama ini berkata seperti itu, pasti sakit banget yang kutahu pasti juga dia menutupinya rapat-rapat, mempertahankan airmatanya supaya tidak terjatuh didepan semua orang, menutupi segala kenyataan yang ada bahwa sebenarnya mereka memang tak bisa bersama, dan masih berharap sang pujaan hatinya itu bisa kembali kepada dirinya.
Jadi sebagai seorang sahabat, aku harus berbuat apa supaya bisa mengobati lukanya itu. Apa aku harus menangis bersama dirinya, atau aku harus menasehatinya yang kutahu itu gak ada gunanya sama sekali. Karena aku tahu dia sangat mencintai kekasihnya ini, malah kutahu dia sudah berharap bisa bersama sampai dia menutup matanya.
Begitu sesak rasanya ketika kudengar temanku seperti itu, aku merasakan juga apa yang dirasakan olehnya, menyesakkan hati, entah harus berbuat apa, ku mengerti semua yang dia rasakan dan gak sepantasnya juga sebagai seorang teman aku menanyakan hal seperti itu kepadanya. Sampai detik ini pun aku tahu walaupun tak terucap olehnya, dia masih tetap berusaha menghubungi dan mempertahankan hubungan mereka agar bisa seperti dulu lagi.
Memaksakan cintakah dia ini kepada orang yang tak tahu cinta juga pada dirinya? Atau ada hal lain yang ditutupi olehnya sampai dia selalu ingin mempertahankan sang pujaan hatinya ini?

 

Rabu, 02 Juli 2014

Remember it ..


Disaat kamu ingin melepaskan seseorang..ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya

Disaat kamu mulai tidak mencintainya… ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta padanya


Disaat kamu mulai bosan dengannya…
ingatlah selalu saat terindah bersamanya



Disaat kamu ingin menduakannya…
bayangkan jika dia selalu setia



Saat kamu ingin membohonginya…ingatlah disaat dia jujur padamu


Maka kamu akan merasakan arti dia untukmu
Jangan sampai disaat dia sudah tidak disisimu,
Kamu baru menyadari semua arti dirinya untukmu









*lagi2 nyontek punya temen yang bener banget*

Hei YOU !!!

Hei kamu, kamu loh, iyaa kamu!! Siapa lagi coba? *nunjuk ke arah kamu* hahaha


Kenapa aku nunjuk kamu? Karena kamu yang bisa membuat aku nyaman, dan membuat aku lupa sama segala kesibukan ku yang gak jelas. Main game yang biasanya gak pernah lupa buka dari pagi sampai malam, tapi pas dekat sama kamu, bisa Lupa dadakan sama itu game. Dulu tiap pagi itu yang penting buka game, sekarang mah buat BBM kamu.


Gak ngerti sih awalnya dari mana bisa tertarik sama kamu. Kamu juga pasti gak ngerti kenapa bisa tertarik sama aku. Iya gak? Iya kan? Iya dong? Aahh iya ajalah ya biar cepet :p


Kamu takut ya? Takut tersakiti oleh cinta? Wahh sama dong!! Aku juga takut kamu pergi dariku, makanya kamu harus selalu sama aku, dan memang harusnya cuma sama aku, enggak boleh sama yang lain. Soalnya cuma aku yang bersedia menyayangi kamu apa adanya, dan cuma aku yang mau susah bareng sama kamu. Hahaha PeDe gila kan? Boleh aja kalii aku PeDe,soalnya : GAK PEDE, GAK EKSIS!! -__-


“Kamu sayang gak sama aku?” ini nih pertanyaan yang sering kamu tanyain. Jadi heran aja, memang gak kelihatan ya? kurang jelas, lugas, tegas dan mesra bilangnya? Masalahnya menurut aku,, kalau bilang sayang itu mudah kok, yang gak mudah itu membuktikannya sama kamu. Jadi lebih baik aku yang buktikan sendiri kalau rasa sayang itu benar-benar jelas, lugas, tegas dan terpercaya *kayak liputan 6 deh jadinya* hahaha


Percayalah sama aku, karena aku juga akan percaya sama kamu. Jaga hati aku, aku juga akan jaga hati kamu.


Jadi ya gitu, kalau kamu tanya kenapa, susah di jawabnya, karena menurut aku hal itu tidak perlu dipertanyakan. Aku sayang sama kamu. Kamu sayang sama aku. Itu udah cukup. Titik.






*nyontek dari blog temen seperjuangan nih* :D
*dan ini untuk kamu yang disana* :p

Ceritaku, Ceritamu..


Di satu hari ketika ku sedang bersamamu, hari yang tak pernah ingin kulewatkan, hari-hari bersamamu, begitu indah dan selalu kuinginkan. Meski hanya diujung telepon, meski ku hanya bisa mendengar suaramu, meski sangat ingin ku juga bertemu denganmu, tapi aku bahagia, bahagia karena memilikimu, bahagia karena kenyamanan yang kamu berikan..

Seperti biasa di ujung telepon, kita bercerita tentang apapun, ngalor ngilur ngelindur ngomongin apa aja yang bisa di omongin, bermanja-manja denganmu (ahh,,itu membuatku senang memilikimu).. Sampai di sela pembicaraan kita, tiba-tiba kamu bertanya, hal yang gak pernah kuduga kamu bisa tanya kaya begini.

“ kenapa sih kamu mau sama aku?” tanya mu padaku

“ lah emang kenapa?” jawabku

“ yah aku kan jelek, apa adanya, koq kamu mau sih?”

“ terus emang kenapa?” Udah mulai Rada sebel nih aku.

“ yah gapapa, cuma aneh aja, Cuma kamu doank yang mau sama aku” Tetep aja

“ sehh.. lebay banget sih yank..”

 

Hening seketika ..

 

“ aku sayang sama kamu karena kamu buatku nyaman, kalo gak buatku nyaman, buat apa aku sama kamu, aku juga gak pernah melihat seseorang itu dari kaya atau miskin, cakep atau jelek, yang penting bisa buat aku nyaman.. Kamu nyaman gak sama aku?” Kujawab pertanyaanmu itu

 

“ nyaman koq..kalo gak, buat apa aku masih ada buat kamu sampai sekarang kalo gak nyaman..”Jawabmu yang hanya bisa membuatku tersenyum bahagia.

 

Ku hanya ingin kamu tahu saat ini, aku sayang kamu sejak kamu memintaku jadi pacarmu (yg dulu tak pernah kujawab karena aku ingin melihat keseriusanmu), aku sayang kamu sebelum aku bertemu kamu, aku lebih sayang kamu sejak kamu bisa memberikanku rasa nyaman dan membuatku terbiasa akan hadirnya kamu, aku sayang kamu tanpa peduli apapun perbedaan yang ada diantara kita, karena aku tulus sayang sama kamu.. aku juga tetap sayang kamu disaat kamu tiba-tiba berubah sikap sama aku, saat kamu tak memperdulikan akan kehadiran dan sayangku, tapi kamu jangan begitu lagi ya sayang.. aku akan selalu ada untuk kamu disaat kamu sedih senang lelah, dan kuharap kamu juga seperti itu sama aku..

 

Jadi jangan pernah mempertanyakan lagi kenapa aku mau sama kamu, karena semua yang ada didalam diri kamu , aku terima apa adanya, aku nyaman sama kamu, aku sayang kamu.. Jangan pernah permainkan perasaanku dan bohongin aku, karena aku tahu kamu tahu rasanya itu seperti apa.. Oke sayang..??

Sekarang aku yang ingin bertanya sama kamu, kamu sayang aku gak? ^^

 



* for you : open this :  http://www.youtube.com/watch?v=9KBcYZqsGGY *